Memahami Senapan Anton Chekhov

 

senapan-anton-chekhov

"Jika kita menggantungkan senapan di dinding pada babak pertama, senapan itu harus meletus pada babak terakhir."

 

Anton Pavlovich Chekhov, penulis yang dianggap jenius oleh Leo Tolstoy, menyampaikan pernyataan itu pada usia 20-an--ia lahir pada 1860--dan prinsip "senapan Chekhov" itu menjadi dalil yang sampai sekarang masih disampaikan dalam kelas-kelas penulisan fiksi. Chekhov maestro dalam penulisan cerita pendek. Ia menulis ketat dan prinsip senapannya itu ia sampaikan untuk mengingatkan bahwa seluruh elemen di dalam penceritaan harus punya fungsi, tiap-tiap detail harus punya kontribusi dalam keseluruhan cerita.

 

Tentu bukan berarti bahwa jika di halaman 12 kita menggambarkan seseorang melihat kapal di pelabuhan, itu artinya di halaman 25 atau 103 kapal itu akan karam. Kapal di pelabuhan adalah hal yang lumrah; senapan di dinding menyiratkan situasi istimewa, tidak setiap dinding rumah digantungi senapan. Karena itu, tidak ada gunanya kita menggambarkan situasi istimewa jika ia tidak berfungsi.

 

Dilahirkan dan dibesarkan di Taganrog, kota pelabuhan di wilayah selatan Rusia, ia menjalani masa kanak-kanaknya dalam situasi serba sulit. Anton anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya, Pavel, seorang Kristen Ortodoks, jemaat yang taat, pemimpin paduan suara paroki, dan pedagang kelontong yang memperlakukan anak-istri dalam cara yang keras dan melemahkan mereka. Klimaks dari semua itu adalah bangkrutnya toko kelontong Pavel dan terbenamnya keluarga ke kubangan kemiskinan dan kekacauan emosional.

 

Banyak orang percaya saat ini bahwa inspirasi bagi cerita-cerita Chekhov yang bertema kemunafikan tidak lain adalah ayahnya sendiri.

 

Anton beruntung bahwa ibunya pendongeng yang memikat. Kesukaan Yevgeniya mendongeng, termasuk menceritakan masa kecilnya, mengobarkan hasrat Anton untuk menulis cerita sendiri. Selain satu keberuntungan itu, semua urusan buram belaka dan Anton harus bekerja serabutan agar tetap bisa sekolah. Ia mengajar les, menangkap burung dan menjualnya, dan menulis cerita.

 

Pada usia delapan belas, setahun sebelum masuk sekolah kedokteran di Universitas Moskow, Anton menyelesaikan naskah drama pertamanya, tanpa judul, naskah yang nantinya terbit anumerta dengan judul Platonov. Sejak naskah itu dan seterusnya, ia menulis dan menjadi dokter dan menghasilkan lebih dari 500 karya: cerpen, novel, dan naskah drama. "Kedokteran adalah istri pertama saya," katanya, "kesusastraan adalah gundik saya."

 

Dan si gundik itulah yang memberinya rezeki dan membuatnya abadi. Profesi kedokteran, yang ia sebut istri pertamanya, hanya mendekatkannya kepada sumber inspirasi; sebagai dokter ia lebih banyak bekerja untuk orang-orang miskin dengan biaya penanganan dan pengobatan gratis. Maka, ia harus mendapatkan uang dengan cara lain dan untuk itu ia menulis dan ia sudah melakukannya dengan menulis cerita pendek sejak tahun pertama kuliah. Jika ada uang lebih, ia mengirimkannya kepada ibunya untuk membantu keluarga. Selama masa kuliah ini pula ia membaca banyak buku karya penulis terkenal, di antaranya Miguel de Cervantes dan Arthur Schopenhauer.

 

Pada 1886, salah satu surat kabar paling terkenal di Rusia, New Times, memintanya menulis cerita dan ia memenuhi permintaan dan pada saat inilah si jenius menemukan momentumnya. Seorang penulis ternama Rusia waktu itu, Dmitry Grigorovich, membaca cerita pendeknya di koran itu "The Huntsman" dan memuji bakat literer Anton dan orisinalitas karyanya. Di bawah bimbingan Dmitry, Anton kemudian menerbitkan kumpulan cerita pendek At Dusk, yang membawanya memenangi penghargaan bergengsi Pushkin Prize pada 1888, pada usia dua puluh delapan.

 

Tahun-tahun berikutnya adalah periode pematangan. Chekhov menulis banyak karya terbaiknya dari 1890-an hingga beberapa tahun terakhir hidupnya. Dalam karya-karya puncaknya, termasuk cerpen "Ward No. 6" dan "The Lady with the Dog", ia menyajikan pemahaman mendalam tentang watak manusia dan bagaimana peristiwa biasa menyimpan pergolakan di bawah permukaannya.

 

Pada fase ini ia menaruh perhatian pada mood dan karakter dan menggarap penokohan melebihi plot. Cerita-cerita terbaiknya menunjukkan bahwa suasana hati dan karakter bisa lebih penting daripada plot. Tak banyak peristiwa eksternal yang dialami oleh karakter-karakter yang kesepian dan putus asa, misalnya, tetapi konflik batin mereka menjadi sangat penting bagi cerita. Kisah mereka spesifik, berlangsung dalam setting waktu dan tempat yang spesifik, dan melukiskan gambaran yang spesifik, ialah masyarakat Rusia pra-revolusi, namun, sebagaimana halnya dengan semua cerita yang baik, mereka tak usang oleh waktu dan daya pikatnya menerabas batas-batas geografis, sosial, dan kultural. Dengan kata lain, mereka universal.

 

Namun grafik naik dan kematangannya dalam sastra berjalan beriring dengan grafik turun dalam kesehatan fisiknya. Pada 1897, ia jatuh sakit dan melemah oleh tuberkulosa; ia batuk darah dan dokter menyarankannya mengubah gaya hidup agar menjadi lebih sehat. Ia kemudian berpindah ke Yalta dan membeli rumah di sana dan melahirkan beberapa cerita yang paling terkenal di tempat baru ini, termasuk "The Lady with The Dog".

 

Tak berlama-lama menikmati ketenteraman Yalta, pada 1890 ia pergi ke Pulau Sakhalin, sebuah koloni hukuman (gulag), dan berbicara dengan banyak tahanan dan menjadi marah mendapati mereka diperlakukan sangat buruk: Para narapidana sering dipukuli dan di sana ada juga anak-anak. Ia menulis buku "The Island of Sakhalin" setelah kunjungan itu dan sebuah cerpen berjudul "The Murder."

 

Tampaknya tak mungkin bagi Anton untuk seterusnya mengubah gaya hidup mengikuti anjuran dokter. Ia kembali ke cara hidupnya semula. Ia membeli rumah dan tanah dekat Moskow bernama Melikhovo pada 1892 dan membantu orang-orang melarat yang tinggal di dekatnya. Ia membawakan untuk mereka makanan dan pakaian; ia juga memberi mereka obat-obatan saat mereka sakit. Ia seorang dokter, ia tahu bagaimana cara merawat mereka, dan ia melakukannya.

 

Saat di Melikhovo, ia mulai menulis drama berjudul The Seagull dan mengecewakan penonton dalam pementasan pertamanya.  Kemudian, ia mementaskan lagi naskah itu bekerjasama dengan raksasa teater Rusia Constantin Stanislavski dan Teater Seni Moskow. Pertunjukan menjadi lebih baik dan ia melanjutkan kolaborasi dengan menulis naskah baru Uncle Vanya, lalu dua naskah lainnya, Three Sisters dan The Cherry Orchard. Keempat lakon tersebut masih sering dimainkan sampai sekarang dan dianggap karya terbaiknya oleh para pengamat, kecuali Leo Tolstoy. Tolstoy mengagumi cerpen-cerpen Chekhov, penulis yang lebih muda 32 tahun darinya, tetapi ia mengecam drama-dramanya.

 

Dalam sebuah buku yang terbit pada 2011, "Memories of Chekhov", ada pengakuan Peter Gnedich, novelis dan penulis naskah drama, tentang hal itu. Kepada Gnedich, Chekhov menceritakan perjalanannya mengunjungi Tolstoy di Gaspra. Si tua sedang terbaring sakit ketika Anton menjenguknya dan ketika ia hendak pamit pulang setelah cukup bercakap-cakap, Tolstoy mengatakan, "Beri aku ciuman selamat tinggal."

 

Chekhov membungkukkan badan dan Tolstoy mencium pipinya dan berbisik di telinganya, dalam suara tuanya yang masih bergelora: "Kamu tahu, aku benci drama-dramamu. Shakespeare penulis buruk, tetapi naskahmu bahkan lebih buruk daripada naskahnya."

 

Mereka sama tertawa. Tetapi Tolstoy bersungguh-sungguh dengan bisikannya. Ia menyayangi Chekhov dan menganggapnya jenius dalam penulisan prosa. Namun, mengenai drama, ia mengatakan bahwa penulis drama seharusnya membimbing penonton ke tempat yang ia maui. "Dan ke mana kamu membawaku? Karaktermu hanya duduk di sofa ruang tamu dan, kalaupun pergi, hanya ke belakang panggung."

 

Sejak itu ia selalu tersenyum sendiri sebab setiap kali memikirkan adegan, dan memikirkan di mana adegan akan berlangsung, ia seperti mendengar Tolstoy bertanya: Ke mana kamu membawaku? Kepada teman dekatnya Ivan Bunin, yang kelak menerima Nobel Sastra pada 1933, Chekhov mencoba menjelaskan kritik Tolstoy itu: "Aku sangat mengaguminya. Dan yang paling kukagumi dari Lev Nikolaevich adalah bahwa dia membenci kita semua; semua penulis. Mungkin penjelasan yang lebih akurat adalah dia memperlakukan kita, para penulis lain, sebagai ruang kosong saja. Dia memuji Maupassant, atau Kuprin, atau Semenov, atau saya sendiri. Tapi kenapa dia memuji? Sederhana saja: karena dia memandang kita sebagai kanak-kanak. Cerpen kita, atau bahkan novel kita, semuanya adalah karya anak-anak dibandingkan dengan karya-karyanya. Namun, Shakespeare… ia membenci dengan alasan berbeda. Shakespeare menyebalkan baginya karena dia penulis dewasa dan tidak menulis seperti cara Tolstoy."

 

Kolaborasinya dengan Stanislavski sejak akhir 1890-an mempertemukan Anton dengan Olga Knipper, aktris Teater Seni Moskow, yang kemudian dinikahinya pada 1901, pada saat kondisi kesehatannya kian menurun. Saat situasinya makin buruk, mereka tinggal di sebuah resor kesehatan di Badenweiler, Jerman dan Chekhov meninggal di sana pada dini hari 15 Juli 1904, pada usia 44, dua tahun sebelum Tolstoy.

 

Anton Pavlovich Chekhov, maestro cerita pendek modern, orang yang menulis karena kesulitan hidup mengharuskannya menulis, oleh para pengamat dianggap salah satu tokoh sastra utama pada masanya. Dengan karya-karyanya ia menularkan pengaruh kepada sejumlah penulis penting dari berbagai genre, termasuk James Joyce, Virginia Woolf, Ernest Hemingway, Tennessee Williams, dan Henry Miller. Dan kepada para pembelajar ia mewariskan "Chekhov's gun", sebuah senjata untuk membuat mereka menulis lebih baik.[*]

 

Catatan: Judul-judul karya Anton Chekhov saya tulis berdasarkan versi terjemahan Inggrisnya. Saya tidak memahami bahasa Rusia.

 
Baca Juga : Teknik Menciptakan Adegan yang Menarik Ketika Menulis Cerpen

 

Joko, nasihat Chekhov tentang senapan penting sebagai pengingat bahwa setiap aspek di dalam cerita--apalagi cerita pendek--harus memiliki fungsi, harus bermakna bagi cerita itu. Dan Senjata Chekhov itu berlaku tidak hanya bagi benda-benda fisik, tetapi juga bagi adegan, karakter, dialog, deskripsi, detail--semua yang kita sertakan di dalam cerita. Apa pun yang terasa cuma ornamen, dan tidak menjalankan fungsi apa pun  di dalam cerita, kita perlu singkirkan.

 

Bukankah keindahan tulisan ada pada detail?

 

Betul, pernyataan itu berlaku selamanya. Untuk menghidupkan tokoh, membangun mood sebuah adegan, memunculkan konflik, meningkatkan ketegangan, memberikan subteks, dan sebagainya, kita memerlukan detail. Dan itu adalah detail yang relevan bagi perkembangan cerita, bukan sekadar ornamen. Apa-apa ang tidak menjalankan fungsi sama sekali dalam suatu cerita hanya akan menjadi ornamen. Buang saja. Begitu kira-kira maksud Chekhov.

 

Mungkin anda pernah mendapatkan nasihat seperti ini: "Ketimbang cuma menuliskan sepatu, sebaiknya sebutkan detailnya: Dia mengenakan sepatu adidas merah jambu kesukaannya." Atau, "Jangan cuma dia mengendarai mobilnya, tulis spesifik: Dia mengendarai Mercedes hitam metalik seri terbaru." Atau, "Jangan sekadar dia mendengarkan musik, akan lebih kuat jika anda menuliskan dia mendengarkan Das Lied Von Der Erde dari Mahler."

 

Saya tidak akan bersikap frontal terhadap nasihat semacam itu. Seringkali name-dropping semacam itu bekerja untuk memukau pembaca umum. Kadang-kadang itu membuat penulisnya tampak berpengetahuan luas. Namun, saya cenderung tidak melakukannya.

 

Jika adidas merah jambu, Mercedes seri terbaru, atau Das Lied Von Der Erde Mahler penting bagi penokohan dan akan memberi pengaruh pada perkembangan cerita, ikuti saran itu. Jika tidak, untuk apa? Jika setiap benda harus kita sebut mereknya--kaos, tas, ikat pinggang, sepatu, dan sebagainya--cerita kita akan menjadi katalog sebuah marketplace.

 

Kesukaan kita akan sesuatu, apa saja, biasanya memiliki alasan--memiliki riwayat. Demikian juga dengan kesukaan karakter fiksi kita. Kesukaannya terhadap sesuatu bisa membongkar sisi-sisi tertentu kepribadian karakter kita itu. Jika ia digambarkan mendengarkan Das Lied Von Der Erde Mahler atau Double Concerto in D minor for Two Violins, BWV 1043: Vivace Johann Sebastian Bach, tentu komposisi musik itu memiliki makna spesial baginya. Jika tidak, ia hanya akan menjadi ornamen yang tidak berurusan dengan kepentingan cerita. Ia hanya berurusan dengan kepentingan pengarangnya.

 

Jika anda menjumpai hal-hal semacam itu di dalam tulisan anda--atau "senapan di dinding" dalam contoh Chekhov--anda bisa mengujinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

 

"Apa pentingnya ini bagi keseluruhan cerita?"

 

"Apakah ia berfungsi sebagai isyarat atau menjadi foreshadow bagi peristiwa penting yang nantinya akan berlangsung di dalam cerita?"

 

"Apakah ia mengungkapkan sesuatu tentang kepribadian karakter?"

 

'Jika ia hanya menjalankan fungsi kecil, apakah yang bisa saya lakukan untuk menjadikannya lebih penting?"

 

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu adalah wujud dari kesediaan kita untuk memeriksa diri sendiri, siapa tahu kita melakukan sesuatu yang hanya penting untuk kita sendiri dan tidak penting bagi cerita.

Related Posts

Post a Comment

0 Comments