Teknik Menciptakan Adegan yang Menarik Ketika Menulis Cerpen

 

menciptakan-adegan-cerpen

Banyak hal yang mesti diperhatikan ketika menulis cerpen. A.S. Laksana kali ini ingin memahas dari sisi teknik menciptakan adegan yang menarik ketika menulis cerpen. Tujuannya agar cerpen tetap indah dinikmati selain dengan teknik menulis diksi karya sastra.

Uraian teknik menciptakan adegan akan dibahas panjang lebar sebab adegan dalam menulis cerpen merupakan pondasi dalam menentukan konflik dan penyelesaian. Adegan cerpen harus dibuat sedemikian rupa menarik untuk menarik antusiasme pembaca agar tidak lekas bosan.

Sebelum membicarakan teknik menciptakan adegan ketika menulis cerpen, mari kita periksa lebih dulu apa yang sudah kita pelajari pada materi-materi lalu. Sampai sejauh ini kita sudah membicarakan antara lain:

 

Karakter,

Cara menyisipkan detail untuk menghidupkan karakter,

Menyinggung sedikit tentang cara mendeskripsikan setting,

Memikirkan kalimat pertama dan paragraf pembuka,

Membahas metafora dan perumpamaan,

Menemukan ide cerita dengan pertanyaan what if dan mengembangkannya dengan pertanyaan-pertanyaan,

Menemukan ide cerita dengan memikirkan peristiwa pemicu,

Membicarakan plot untuk cerita pendek,

Membahas point of view karakter.

Metafora dan penyisipan detail dalam kalimat tidak berurusan langsung dengan teknik menulis cerpen. Keduanya lebih berurusan dengan bagaimana cara kita menyusun kalimat yang akan membuat orang lain senang membacanya. Kalimat adalah urusan fundamental penulisan. Bagaimanapun, kita menuturkan cerita dalam kalimat-kalimat. Di luar gagasan yang hendak kita sampaikan, di dalam kalimat ada musik–tone, ritme, dan tempo–dan ada gambar yang akan terbangun di dalam benak pembaca.

 

Variasi kalimat pendek dan panjang akan membuat paragraf kita lebih berirama. Cara paling mudah mempelajarinya, anda perhatikan paragraf-paragraf para penulis bagus. Perhatikan bagaimana mereka mengatur panjang-pendek kalimat di dalam paragraf-paragraf mereka. Perhatikan juga bagaimana frase-frase mereka ketika menyusun kalimat panjang.

 

Dalam soal gagasan, kalimat anda perlu sejernih mungkin. Dalam teknik penyampaian, kalimat anda perlu elegan dan bergaya. Daya pikat sebuah gagasan ditentukan juga oleh cara kita menyampaikannya.

 

Kolam itu berair bening dan ikan-ikan di dalamnya terlihat jelas.

 

Itu penyampaian yang jernih. Kita dengan mudah menangkap apa gagasan yang disampaikan melalui kalimat di atas, yaitu tentang kolam yang bening, tidak mungkin kita keliru menafsirkan maksud kalimat itu.

 

Frase “kolam itu berair bening” menyampaikan kebenaran faktual tentang kondisi air. Namun, frase itu tidak menyampaikan “kebenaran” indrawi–kebenaran yang dilihat oleh mata kita. Mata kita tidak melihat air kolam itu bening; ia melihat warna biru langit yang dipantulkan oleh permukaan kolam. Maka, demi memberikan gambaran yang realistis, dalam arti lebih mendekati apa yang dilihat oleh mata, kita bisa saja menuliskannya sebagai berikut:

 

Kolam itu seperti cermin raksasa yang memantulkan warna biru langit dan ikan-ikan di dalamnya seolah berenang di antara gumpal-gumpal awan.

 

Atau,

 

Langit berwarna biru, permukaan kolam berwarna biru, dan ikan-ikan di dalamnya seperti berenang di langit.

 

Pada dua kalimat tersebut , kita bisa “melihat” rupa kolam yang lebih spesifik. Kita bisa membayangkan bening air kolam dan warna langit yang membayang di permukaannya dan sebuah gambaran imajinatif tentang ikan-ikan yang berenang di langit.

 

Dengan point of view karakter, kita bisa menuliskannya dalam suara yang lebih subjektif dan mewakili pandangan karakter tersebut:

 

Setelah berjalan semalaman, pada pagi hari aku tiba di tepi kolam, sebuah cermin besar yang memantulkan warna langit; pepohonan dan semak-semak di seberang sana tampak tumbuh terbalik di permukaan kolam dan ikan-ikan di dalamnya seperti berenang di antara gumpal-gumpal awan.

 

Kita mendapatkan gambaran yang lebih detail tentang kolam itu, dari sudut pandang satu karakter, kali ini dengan menyertakan semak-semak dan pepohonan, dan kita tahu, melalui pengalaman sehari-hari, bahwa cermin pasti akan membalik bayangan objek-objek di hadapannya.

 

Saya menyebut itu sebagai kebenaran indrawi, kebenaran sebagaimana yang dilihat oleh mata. Indra penglihatan kita. Belum tentu ini benar secara faktual, tetapi mata kita melihatnya seperti itu. Kita mengatakan matahari terbit setiap pagi di ufuk timur. Itu juga kebenaran indrawi, sebab pada kenyataannya matahari tidak pernah terbit. Ia selalu ada dan menjadi pusat peredaran planet-planet.

 

Begitulah, urusan penyajian akan selalu bisa menjadi bahan pembahasan yang menarik, sebab di dalam cara penyampaian itu kita akan melihat kematangan dan kecakapan orang dalam mengolah bahasa. Dan kita akan mendapati bahwa para penulis yang cakap biasanya selalu enak dalam menyampaikan segala sesuatu. Tetapi itu hanya akan kita rasakan jika kita memberi perhatian pada kalimat.

 

*

 

Urusan lain yang juga menantang bagi para penulis adalah menciptakan adegan. Di dalam penulisan adegan, kita menerapkan apa saja yang sudah kita pelajari–karakter, point of view, setting, dan sebagainya–demi menciptakan adegan yang memikat pembaca.

 

Adegan adalah cara kita memperlihatkan (to show) tindakan yang dilakukan oleh karakter, di mana tempat kejadiannya, kapan terjadinya, apa yang dia inginkan, apa yang bisa menggagalkan keinginannya, bagaimana menciptakan konflik di dalam adegan, bagaimana menciptakan ketegangan, dan bagaimana dialog antarkarakter di dalam adegan itu bisa meningkatkan ketegangan.

 

Di dalam buku Creative Writing, saya menyebutkan delapan unsur penyusun adegan, entah itu adegan panjang atau adegan pendek. Delapan unsur itu ialah:

 

Karakter

yang akan mengalami kejadian kompleks dan berlapis-lapis dalam keseluruhan cerita. Tanpa karakter, tidak akan ada adegan. Karakter harus memiliki tujuan tertentu yang ingin dia raih di dalam adegan itu. Dengan karakter yang tidak punya tujuan, adegan kita kemungkinan juga tidak punya tujuan. Misalkan karakter kita berada dalam pesta yang tidak dia sukai, mungkin tujuannya adalah meninggalkan pesta itu secepat-cepatnya. Namun, ternyata meninggalkan tempat itu tidak mudah baginya. Ada sejumlah hal yang membuatnya terhalang untuk secepat-cepatnya meninggalkan pesta.

 

Point of View

yaitu dari sudut penceritaan siapa adegan disampaikan. Point of view akan memperkuat emosi pada sebuah adegan, sebab manusia merespons situasi tidak melulu dengan rasio, tetapi lebih banyak dengan emosinya. Dari point of view karakter, kita bisa tahu apa yang dipikirkan oleh karakter itu mengenai situasinya, apa yang dia sukai, apa yang dia tidak sukai, apa yang dia khawatirkan, dan sebagainya, berkenaan dengan peristiwa di dalam adegan yang sedang berjalan.

 

Tindakan penting

yang dilakukan oleh karakter-karakter cerita dalam cara yang luar biasa dan menarik. Karakter melakukan suatu tindakan karena ia ingin meraih tujuan. Ketika satu tindakan gagal, ia melakukan tindakan lain, sampai ia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, atau sampai ia menyerah.

 

Dialog 

yang bermakna dan menyampaikan informasi penting, jika dibutuhkan. Kadang ada adegan yang tidak memerlukan dialog dan hanya berisi tindakan-tindakan karakter. Jika adegan itu melibatkan dialog dua karakter atau lebih, dialog itu harus bermakna, mengandung konflik, dan meningkatkan ketegangan. Konflik tidak harus selalu pertentangan keras, tetapi bisa saja ia berupa perbedaan pendirian antarkarakter mengenai sebuah topik atau suatu kasus.

 

Informasi baru tentang tokoh dan perkembangan cerita

Fungsi adegan di antaranya adalah mendorong cerita bergerak maju, dan untuk bergerak maju, sebuah cerita selalu memerlukan informasi baru, baik tentang tokoh maupun isyarat-isyarat akan ke mana berkembangnya cerita itu. Informasi baru di dalam adegan inilah yang akan membuat pembaca selalu ingin tahu apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.

 

Konflik dan kejadian dramatis 

yang menguji kesanggupan karakter dan mengungkapkan watak dan kepribadian karakter cerita anda. Pada dasarnya, adegan adalah cerita mini, dan konflik adalah hal esensial di dalam cerita. Tidak mungkin kita akan menuliskan cerita menarik jika tidak ada konflik.

 

Setting, waktu dan tempat

yang memberi tahu pembaca kapan dan di mana kejadian itu berlangsung. Urusan kita dengan setting adalah menyampaikannya secara menarik. Ketika kita melukiskan setting tempat, kita harus mengupayakan pembaca bisa merasakan berada di tempat. Karena itu dalam pelukisan setting, kita perlu memberikan detail lima indra. Tidak perlu harfiah bahwa setiap kali menggambarkan tempat kita selalu akan menyampaikan detail yang berkaitan dengan semua indera, tetapi kita memerlukan detail lebih dari apa yang dilihat. Ketika berada di sebuah tempat, kita pasti melihat sesuatu, mencium sesuatu, mendengar sesuatu, menyentuh sesuatu, dan mungkin lidah kita mencecap sesuatu. Melibatkan tiga aspek saja dari kelima indra kita, itu sudah akan membuat deskripsi kita lebih hidup dan lebih kaya.

 

Pelukisan setting yang tepat juga akan mendukung mood sebuah adegan dan memperkuat emosi.

 

Satu adegan hanya terjadi di satu tempat dan satu rentang waktu. Ketika tempat dan waktu berganti, itu berarti adegan sudah berpindah ke adegan lain.

 

Narasi secukupnya 

Untuk mengantarkan dan/atau menutup adegan. Narasi ini bisa menjalankan fungsinya sebagai transisi dari satu adegan ke adegan berikutnya.


 Baca Juga: Cara Membuat Karakter Tokoh Cerpen

Dalam materi ini saya ingin menambahkan tiga lagi:

 

Misteri, ini adalah kondisi di mana karakter tahu lebih banyak informasi ketimbang pembaca.

 

Gerimis turun pagi hari dan ia menemukan supucuk surat terselip di bawah pintu kamarnya. Ia mengambil surat itu, membacanya di kursi kamar, dan terdiam beberapa waktu setelah selesai membaca surat itu. Air matanya pelan-pelan mengalir di pipi.

 

Dalam penggambaran itu, karakter tahu lebih banyak ketimbang pembaca. Ia sudah membaca isi surat, dan ia menangis karenanya. Pembaca hanya tahu ia menangis, tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan ia menangis. Pasti isi surat itu, dan ia tidak tahu apa isinya. Bagi pembaca isi surat itu masih misteri karena narator belum menyebutkannya.

 

Ketegangan (suspense), kebalikan dari misteri; pembaca tahu informasi tertentu dan karakter tidak tahu. Contoh yang paling saya ingat tentang hal ini adalah komik Deni Manusia Ikan. Deni dibawa oleh kedua orang tuanya, dua orang ilmuwan peneliti, dalam pelayaran ketika bayi. Kapal itu karam dan Deni terpisah dari orang tuanya dan ia tumbuh di bawah asuhan hewan-hewan laut. Deni  adalah Tarzan dengan setting lautan. Kemudian ia mencari cara untuk menemui orang tuanya, yang ia ketahui dari foto yang ia temukan di reruntuhan kapal, dan petualangannya menjadi panjang sekali. Kedua orang tuanya tidak pernah tahu bahwa Deni masih hidup.

 

Petualangan Deni menegangkan karena setiap kali dia sudah hampir bertemu dengan kedua orang tuanya, misalnya di sebuah pertemuan yang mereka hadiri, selalu ada hambatan dan orang tuanya, karena tidak pernah tahu bahwa Deni masih hidup dan berusaha menemuinya, tidak pernah menunggu kedatangan Deni.

 

Situasi tegang terjadi karena pembaca tahu bahwa Deni sedang berusaha mati-matian untuk menemui orang tuanya, sementara orang tuanya tidak tahu sama sekali bahwa anak mereka masih hidup dan sudah dekat dengan mereka, tetapi sedang ada hambatan. Jika mereka menunda keberangkatan, niscaya Deni sudah bertemu dengan mereka.

 

Dalam setiap cerita horor, pembaca hampir selalu lebih tahu ketimbang para karakter. Kita menjadi tegang, misalnya, ketika melihat karakter memasuki sebuah bangunan. Ia tidak tahu apa yang menunggunya di dalam bangunan itu, tetapi kita tahu dan kita menjadi tegang karena sesuatu yang buruk pasti akan menimpa si karakter.

 

Adegan dalam cerita-cerita thriller juga lazim digarap dengan cara seperti ini untuk memberikan ketegangan di pihak pembaca.

 

Tetapi dalam semua genre kita bisa menggunakan teknik ini. Prinsipnya adalah kita tahu bahwa sesuatu akan terjadi pada karakter dan si karakter tidak tahu tentang hal itu. Dalam Remains of The Day, karya Kazuo Ishiguro, novelis Inggris berdarah Jepang peraih Nobel Sastra 2017, kita tahu bahwa kedua karakter saling mencintai tetapi sama-sama menahan diri. Dan kita merasakan kepedihan karena mereka tidak pernah menjadi suami-istri.

 

Subteks, kita sudah menyinggung sedikit hal ini, yaitu situasi sesungguhnya tidak seperti yang tampak di permukaan. Orang yang tersenyum bukan berarti ia bahagia. Orang yang mengangguk bukan berarti sepakat seratus persen dengan apa yang kita ucapkan. Undangan beramah tamah bukan berarti ajakan untuk membangun persahabatan. Pangeran Diponegoro memenuhi undangan beramah tamah dari Jenderal De Kock sehari setelah lebaran dan itu bukan undangan persahabatan sama sekali. Ia dijebak dalam pertemuan itu dan Perang Jawa berakhir dengan penahanan sang pangeran.

 

Subteks berfungsi meningkatkan ketegangan di dalam adegan.

*

 

Secara ringkas bisa disampaikan bahwa adegan adalah pelukisan tentang satu peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada suatu waktu, dengan karakter atau tokoh cerita melakukan tindakan penting, dalam cara yang luar biasa memikat, untuk menghadapi konflik dan mengatasi hambatan demi mencapai tujuannya. Satu tambahan lagi, peristiwa itu dilukiskan sedemikian rupa seolah-olah kejadian nyata.

 

menulis-adegan-cerpen

Sebagai pengingat, unsur-unsur penyusun adegan adalah:

 

Karakter

Point of View,

Tindakan penting karakter

Dialog

Informasi baru tentang tokoh dan perkembangan cerita.

Konflik dan kejadian dramatis

Setting waktu dan tempat

Narasi

Misteri

Ketegangan (suspense)

Subteks, yaitu situasi tidak seperti apa yang kelihatan.

Awal, tengah, dan akhir adegan

 

Sama dengan cerita yang memiliki bagian awal, tengah, dan akhir, setiap adegan juga memiliki tiga bagian tersebut. Bagian awal selalu harus mampu menarik perhatian pembaca. Bagian tengah menggambarkan tensi meningkat dan karakter masuk ke dalam situasi konflik sehingga aliran cerita semakin kompleks dan menarik. Bagian akhir setiap adegan akan berfungsi sekaligus untuk mempersiapkan pembaca memasuki adegan berikutnya.

 

*

 

Kira-kira itulah aspek yang sedikit teoritis tentang adegan dan anda boleh melupakannya. Yang tidak boleh anda lupakan adalah adegan anda harus menarik perhatian pembaca. Dan untuk membuat adegan yang memikat, kuncinya ada tiga: konflik, tindakan yang menarik, dan dialog yang bermakna. Tugas anda adalah melukiskannya dalam penyajian yang sebaik dan seakurat mungkin.

 

Untuk berlatih membuat adegan, anda bisa mempertemukan dua orang di satu tempat, di satu waktu, dan di antara mereka terdapat perbedaan pandangan. Mungkin mereka adalah:

 

anak gadis dan ibunya atau ayahnya,

anak lelaki dan ibunya atau ayahnya,

sepasang kekasih,

dua orang yang sama-sama menentang kekuasaan

dua orang dokter,

perawat dan pasien,

arsitek dan pramuniaga,

penyanyi dan kekasihnya,

manajer dan anak buahnya,

wartawan dan ibu rumah tangga,

seorang perempuan dan hantu penyair.

Ada banyak orang di sekitar kita. Ada banyak profesi. Ada banyak nama yang menjadi sumber berita setiap hari. Ambil dua saja dari mereka untuk dijadikan model, pikirkan konflik di antara keduanya, dan kita pertemukan mereka di satu tempat.

 

Kita bisa mempertemukan siapa saja. Asalkan ada konflik di antara mereka, pertemuan itu akan berpeluang menjadi cerita menarik. Karena itu latihan kecil setiap hari untuk memikirkan konflik sebetulnya adalah upaya membangun kebiasaan untuk menemukan cerita, sebab inti cerita adalah konflik.

 

Selamat menciptakan adegan. Maksud saya, selamat menciptakan adegan yang memikat.

Related Posts

Post a Comment

0 Comments