Nabi Juga Manusia Biasa

After The Prophet: The Epic Story of the Shia-Sunni Split in Islam


PARTAI LITERASI - Jika nabi ternyata dari kalangan manusia super, pasti semua orang berkata, “iya pantes, dia kan manusia super jadi bisa melakukan apa aja, bisa membelah bulan, menaklukan Jazirah Arab, menang perang Badar, dan lain-lain,” kan gitu ya.

Tapi ternyata nabi hanyalah manusia biasa seperti kita. Dalam suatu kisah seorang dari Arab Badui yang jauh-jauh datang untuk menemui nabi, badannya gemetaran saat berhadapan. Untuk menenangkannya, Nabi berkata, sebagaimana direkam dalam Sunan Ibn Majah (hadis nomor 3303),

“Aku bukan raja. Aku putra seorang perempuan yang juga senang makan daging dendeng (yang dikeringkan di bawah sinar matahari),” lihat nabi pun senang makan dendeng bukan makan kembang setaman, besi atau pun makan buah iblis layaknya manusia karet sebut saja Luffy si Topi Jerami agar menambah kekuatan layaknya manusia super.

Perhatikan pula, nabi juga mengatakan bahwa beliau tidak perlu dihormati sebagaimana raja, karena nabi memang manusia biasa. Beliau mencari titik kesamaan antara tradisi Badui dan apa yang dilakukan beliau. Sungguh akhlak yang sangat luar biasa.

Nabi yang membuat semua orang merasa akrab dan nyaman terhadap beliau. Itulah mengapa kita sangat kesulitan menentukan siapa sebenarnya sahabat nabi yang paling dekat, karena beliau saking akrab dan dekatnya dengan siapa pun.

Dalam buku karya Lesley Hazleton yang berjudul After The Prophet: The Epic Story of the Shia-Sunni Split in Islam, yang kalau diterjemahankan bukunya berjudul Pribadi Muhammad: Riwayat Hidup sang Nabi dalam bingkai Sejarah, Politik, Agama dan Psikologi. Merupakan buku biografi Nabi Muhammad yang paling realistis.

Benar-benar ditulis sebagai sosok manusia biasa. Lesley tidak membahas nabi sebagai sosok manusia super atau katakanlah yang memiliki pelbagai mukjizat. Padahal biasanya Sirah Nabawiyah itu ditulis berbasis bil ma'tsur (berdasarkan teks seperti hadis dan lain-lain) Lesley mengkritik menurutnya sosok nabi lebih sering ditulis dengan  bumbu fiksi. Bisa dipahami, karena Lesley adalah Orang Barat, ia menolak konsep mukjizat.

Lesley menulis di bab pertama buku tersebut dengan menyebutkannya Bocah Yatim. Di bab tersebut membedah tuntas pelbagai hal kenapa nabi yang yatim dan lemah ini kemudian mengancam eksistensi pembesar Mekkah. Padahal yatim benar-benar lemah di kebudayaan Arab kala itu.

Meskipun kakeknya adalah tokoh yang paling disegani, setelah beliau wafat, apa lagi? biasanya di Sirah Nabiwiyah bagian tumbuh kembang Nabi di-skip-skip aja kan? Tapi di sini menjadi titik pentingnya, sejarah yang ditulis apa adanya dan Lesley memberi sudut pandang baru.

“Kita harus membiarkan Muhammad menyatu dengan realitas dan memandangnya dirinya secara utuh. Kisahnya, merupakan sebuah penyatuan yang luar biasa dari manusia, zaman dan budaya. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang kelihatan sederhana, kenapa harus dia? kenapa musti Muhammad? pada abad ke-7 di Jazirah Arab?” tulis Lesley setelah mengutip pernyataan R.G Collingwood dari buku The Idea of History.

Semakin jatuh cinta dan takjub bukan kita kepada Nabi Muhammad? dengan apa yang sudah dialami pada diri nabi selama ini. Rasul memang manusia biasa, tapi justru inilah yang membuatnya benar-benar luar biasa. Semoga kita selalu bisa meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad.***

 

Penulis : Siti Aisyah -  Partai Literasi 

Related Posts

Post a Comment

0 Comments