PARTAI LITERASI - Rasio ketergantungan (dependency ratio) yang ditandai dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun) saat ini, membuat Indonesia digadang sedang mencapai generasi emas.
Fenomena menurunnya angka ketergantungan yang mencapai bonus demografi pada titik terendah akan meningkatkan suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas sumber daya manusia (human capital). Bonus demografi terjadi saat proporsi jumlah penduduk usia produktif lebih dari 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan atau ketika rasio ketergantungan angkanya berada di bawah 50.
Periode bonus demografi akan membuka peluang yang bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan ekonomis yang lebih besar. Periode keemasan Indonesia akan terjadi sekitar periode tahun 2019-2024, yaitu ketika rasio ketergantungan mencapai titik 45,4.
Generasi milenial akan berperan besar pada fase bonus demografi di Indonesia yang masih dalam kategori negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Generasi ini yang akan memegang kendali atas roda pembangunan ekonomi yang diharapkan akan mampu membawa ke arah pembangunan nasional yang lebih maju dan dinamis.
Generasi milenial adalah modal besar untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek. Dengan memanfaatkan teknologi, generasi milenial diharapkan mampu memiliki potensi atau keahlian yang lebih unggul dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Baca Juga : Menggemakan Dunia Filsafat
Generasi Milenial
Istilah milenial dicetuskan pertama kali oleh William Strauss dan Neil dalam bukunya yang berjudul Millennials Rising: The Next Great Generation (2000). Menurut Elwood Carlson (2008) generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang waktu tahun 1983 sampai dengan 2001. Generasi milenial juga biasa disebut sebagai generasi Y.
Sebelum generasi milenial, ada generasi setelah generasi milenial yang disebut Generasi Z dengan rentang lahir antara tahun 2001 - 2010. Merupakan peralihan dari Generasi Y atau generasi milenial yang bebarengan dengan perkembangan teknologi dunia. Pola pikir Generasi Z cenderung serba instan. Generasi ini belum banyak berperan pada bonus demografi Indonesia pada tahun 2020.
Selanjutnya adalah Generasi Alpha yang lahir pada 2010 hingga sekarang. Merupakan lanjutan dari generasi Z yang sudah terlahir pada saat teknologi berkembang sangat pesat. Sejak dini, mereka sudah mahir menggunakan gadget, smartphone, dan teknologi digital lainnya.
Generasi milenial memiliki peluang berinovasi dan berimprovisasi yang sangat bebas dan luas. Terciptanya ekosistem digital yang berhasil mengembangkan berbagai bidang usaha di Indonesia. Saat ini banyak marketplace dan jasa transportasi daring menjadi kebutuhan masyarakat di masa pandemi.
Dengan inovasi ini, generasi milenial berhasil menciptakan sebuah solusi untuk mengatasi problematika masyarakat tingkat regional dan nasional. Selain itu, mereka berhasil memberi dampak ekonomi yang besar bagi negara. Kehadiran bisnis e-commerce karya generasi milenial Indonesia mampu memfasilitasi wirausahawan untuk semakin berkembang. Menciptakan lapangan kerja dan menarik inverstor ke dalam negeri.
Ada beberapa keunggulan generasi milenial dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yakni mereka ingin serba cepat, lebih kreatif dan dinamis, mudah berpindah pekerjaan dalam waktu singkat, melek teknologi, dekat dengan media sosial, dan lain sebagainya.
Baca Juga : Pentingnya Edukasi Selebritas
Ruang Digital
Generasi milenial menyadari dampak teknologi bagi perkembangan masa depan suatu bangsa, khususnya bagi dirinya sendiri. Banyak sektor pendidikan dan pekerjaan telah digantikan dengan kemajuan sistem digital dan robot untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi ekonomi. Dampaknya banyak masyarakat yang memaksa diri untuk menjadi produsen digital.
Kondisi masyarakat yang melek teknologi memberikan harapan bagi masa depan bangsa. Kemajuan teknologi mempermudah akses informasi yang menghendaki pembelajaran tanpa sekat ruang dan waktu. Berbagai ilmu untuk bertahan hidup di masa pandemi begitu melimpah tersebar di internet. Platform digital dan media sosial seolah menjadi sarana generasi milenialis untuk move on dari penjajahan sistem monopoli dan kapitalisme modern.
Masa produktif manusia era generasi milenial memungkinkannya untuk mempelajari segala hal. Menjadi manusia yang adaptif terhadap perubahan zaman. Kemajuan teknologi bisa membuat orang mencapai puncak kesuksesan, di sisi lain akan menjadi momok bagi orang yang tidak bisa memanfaatkan kecanggihan dunia digital.
Perlu sosialisasi dan pendampingan pada masyarakat yang masih buta teknologi. Mendorong menjadi pengguna internet yang aktif mengeksplorasi diri dengan gagasan atau ide memanfaatkan ruang digital. Jangan sampai kesempatan bonus demografi dimanfaatkan oleh negara lain untuk dijadikan pasar (konsumen).
Kemunduran dan kemajuan suatu bangsa bergantung pada konsep kemandirian generasi milenial dan sesudahnya dalam mengelola perkembangan teknologi. Menjadi manusia digital yang tidak terjebak pada pola penjajahan teknologi dan informasi. Jika kesadaran generasi milenial terhadap ruang digital bisa diaplikasikan dengan baik, mungkin Indonesia sebentar lagi akan menjadi raksasa dunia.***
Joko Yuliyanto
0 Comments