Menyajikan Kompleksitas Menulis Cerpen dengan Detail

 

menulis-cerpen-pemula

Cerpen adalah sebuah narasi pendek yang ditulis dengan mendayagunakan keterampilan meramu elemen-elemen karakter, konflik, plot, setting, point of view, suara narator, dan sebagainya untuk menciptakan dunia yang memikat bagi pembaca. AS Laksana mencoba membagikan materi tentang bagaimana menyajikan kompleksitas menulis cerpen dengan detail. Berikut beberapa poin untuk meningkatkan kualitas penulisan cerpen.


Karena keringkasannya, cerpen memberi keuntungan kepada kita untuk melakukan berbagai percobaan–jika kita menginginkannya dan punya semangat untuk itu. Dengan cerpen, anda tidak harus menguras banyak energi untuk melakukan percobaan demi percobaan. Anda bisa melakukan percobaan bentuk, percobaan point of view, percobaan teknik narasi, percobaan dalam cara penulisan dialog, dan sebagainya. Itu hal yang lebih sulit dilakukan dengan novel; ia terlalu panjang untuk eksperimen dan waktu yang dibutuhkan untuk menuliskannya lama.

 

Tetapi eksperimen adalah tahap selanjutnya setelah kita memperkuat fondasi kepenulisan dan mematangkan kecakapan kita.

 

*

 

Tantangan pertama bagi setiap penulis cerita adalah menjadikan ceritanya believable, terbebas dari kejanggalan-kejanggalan, dan mulus untuk dibaca.

 

Salah satu yang akan membuat cerita kita meyakinkan adalah kompleksitas cerita tersebut. Setiap karya sastra yang baik biasanya menyajikan beberapa lapis realitas. Ia mirip dengan kehidupan yang kita jalani sehari-hari, yakni bahwa segala sesuatu tidak hanya yang terlihat, tetapi juga yang ada di bawah permukaan.

 

Di dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tersenyum kepada kita tidak selalu berarti dia menyukai kita. Mulut seseorang bisa saja mengatakan ya, tetapi mungkin hatinya mengatakan tidak. Banyak dari kita mengalami situasi semacam itu: Kita terpaksa mengatakan ya, meskipun seharusnya mengatakan tidak.

 

Kita menjawab “keren!” ketika ada teman menanyakan pendapat kita terhadap tulisannya. Atau kita bicara berbelit-belit karena tidak bisa tegas mengatakan bahwa tulisan teman kita itu jelek.

 

Hal-hal semacam itu, dan ketidaktahuan kita terhadap apa yang tersimpan di dalam pikiran orang lain, menyebabkan kehidupan ini tidak sebagaimana yang tampak di permukaan. Selalu ada subteks, sesuatu yang tersembunyi di bawah permukaan, dan itu yang menyebabkan kehidupan ini kompleks.

 

*

 

Maka, untuk mendapatkan efek “seperti kehidupan nyata”, cerita harus mampu juga menyajikan kompleksitas. Artinya, ia tidak hanya memberi kita makna di atas permukaan (teks), tetapi juga makna yang berada di bawah permukaan (subteks).

 

Kompleksitas akan membuat cerita anda meyakinkan, terasa hidup, atau terasa seperti kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain anda menyajikan kompleksitas untuk menghadirkan sense of realism di dalam cerita anda.

 

Untuk menyajikan kompleksitas, anda perlu menyodorkan detail.

 

*

 

Di level kalimat, cara simpel untuk melatih diri dengan detail adalah dengan membubuhkan informasi terhadap kalimat sederhana.

 

Ia mengatakan bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, dengan suara melengking, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, dalam suara melengking yang membuat beberapa orang menoleh ke arah kami, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, dengan suara melengking yang membangunkan tetangga sebelah, seorang lelaki tua yang sejak beberapa tahun belakangan merasa diikuti hantu-hantu, bahwa semua lelaki adalah anjing anjing anjing.

Ia mengatakan, di sela-sela isak tangisnya, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, di sela-sela isak tangisnya yang sudah berlangsung tiga jam dan mungkin baru akan berhenti pada hari kiamat nanti, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, dalam nada pahit, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, dengan wibawa seorang peneliti, bahwa semua lelaki adalah anjing dan itu kesimpulan final.

Ia mengatakan, dengan mata yang tampak bahagia, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, di atas ranjang kematiannya, bahwa semua lelaki adalah anjing.

Ia mengatakan, saat kami melintasi lorong menuju tempat parkir, bahwa semua lelaki adalah anjing.


Ketika anda mengerjakan detail, urusan anda adalah memilih detail yang paling kuat dan relevan dengan cerita.

 

*

 

cerpen-adalah

Di level paragraf, mari kita perhatikan tiga contoh berikut:

 

  1. Saya berjalan-jalan dengan seorang teman ke alun-alun kota pada suatu sore. Matahari sudah sangat rendah ketika kami tiba di sana. Langit berwarna merah. Kami duduk-duduk di bangku alun-alun menyaksikan orang-orang lalu lalang. Lampu-lampu jalanan menyala ketika matahari terbenam. Pukul sembilan malam kami meninggalkan alun-alun dan pulang ke rumah masing-masing.
  2. Saya berjalan-jalan dengan seorang teman ke alun-alun kota pada suatu sore. Kepala saya sedang tidak tenang saat itu. Teman saya juga keruh setelah menerima telepon dari ibunya. Dia tidak menceritakan apa isi percakapan mereka. Dia hanya mengatakan ibunya menelepon lagi. Sudah empat kali sejak pagi. Saya tidak menanyakan apa pun kepadanya. Jika dia tidak ingin bercerita, saya tak akan memintanya. Lampu-lampu jalanan menyala ketika matahari terbenam. Pukul sembilan malam kami meninggalkan alun-alun dan pulang ke rumah masing-masing.
  3. Dengan kepala tak tenteram, saya berjalan-jalan dengan seorang teman ke alun-alun kota pada suatu sore, tanpa rencana sebelumnya, tanpa menduga bahwa itu sore terakhir saya bersamanya. Kami tak banyak bicara sepanjang jalan; saya sedang oleng setelah pertengkaran dengan Ruben dua jam sebelumnya; dia keruh oleh telepon dari ibunya. “Hari ini empat kali dia menelepon,” katanya. Saya pikir dia akan menceritakan ibunya, ternyata tidak. Tidak banyak yang disampaikannya selama kami duduk-duduk di bangku alun-alun. Percakapan kami pendek-pendek dan jedanya panjang-panjang dan lampu-lampu menyala menerangi jalanan setelah matahari terbenam dan warna merah di langit berubah hitam. Sesekali saya mendengar tarikan napasnya berat. Dan sampai kami pulang pukul sembilan, dia tidak pernah menceritakan apa isi percakapan dengan ibunya dan apa yang membuat air mukanya sekeruh itu dan saya tidak bertanya. Jika dia tidak ingin bercerita, saya tidak akan memintanya.

 

Contoh pertama tidak mengandung kompleksitas sama sekali. Ia hanya menceritakan secara datar kejadian pada suatu sore. Pada contoh kedua ada sedikit ketegangan tetapi belum cukup untuk membangun kompleksitas.

 

Pada contoh ketiga saya menambahkan ketegangan dan misteri dalam adegan pendek dua orang di alun-alun. Ketegangan muncul melalui informasi tentang pertengkaran antara ‘saya’ dan Ruben, juga melalui informasi tentang telepon dari ibu yang membuat air muka si teman tampak keruh. Kita bisa menangkap konflik yang membayang di bawah permukaan antara si teman dan ibunya. Misteri dihadirkan dengan informasi tentang sore terakhir dan isi percakapan yang belum diungkapkan. Apa yang terjadi dengan mereka setelah sore itu? Peristiwa apa yang memisahkan mereka selamanya?

 

Jadi, dengan menambahkan cukup detail, kita mengembangkan paragraf yang sebelumnya datar menjadi paragraf yang kompleks.

 

Seandainya saya mampu menyajikan ketegangan dan misteri itu secara baik, dalam arti saya mampu memperkuat rasa ingin tahu pembaca, mereka tentu ingin mengetahui kelanjutan cerita. Dan untuk mengetahui kelanjutan cerita, mereka harus melanjutkan membaca cerita itu sampai rampung.

 

*

 

Dengan detail kita memperkenalkan setting atau tempat cerita berlangsung. Dengan detail kita memperkenalkan dan menggarap penokohan. Dengan detail kita membangun konflik dan meningkatkan ketegangan. Dengan detail kita melukiskan secara akurat krisis yang dialami karakter utama.

 

Ketika anda berlatih setiap hari memikirkan karakter, anda perlu memikirkan hal-hal yang membuat pembaca bersimpati kepadanya. Anda akan membawanya ke dalam situasi krisis dan memberinya penderitaan berat pada satu titik di dalam cerita anda. Agar pembaca bisa merasakan situasi krisis yang dialaminya, maka karakter anda harus mempunyai kualitas yang mampu membuat pembaca bersimpati.

 

Anda memikirkan konflik yang terjadi padanya. Anda memikirkan situasi krisis yang dialaminya. Apakah krisis itu akan sekadar menghancurkan dirinya jika dia gagal mengatasinya atau menghancurkan dirinya dan sekaligus orang-orang lain yang dia cintai?

 

Jika yang kedua, cerita anda akan makin menegangkan.

 

*

 

Joko, pada saat berlatih memikirkan karakter, mau tidak mau anda memikirkan detail tentang karakter itu. Paragraf ketiga dalam contoh di atas adalah pengembangan yang saya lakukan spontan dengan memberi detail kepada para karakter. Saya memberi mereka masing-masing masalah dan juga menyisipkan informasi bahwa "itu sore terakhir saya bersamanya."

 

Informasi dalam frase tersebut berfungsi menggerakkan cerita dan membuka jalan ke arah mana cerita akan berkembang. Ada berbagai kemungkinan kejadian yang memisahkan mereka. Pertama, salah satu karakter meninggal. Jika yang meninggal adalah 'saya' (narator), berarti cerita dituturkan oleh hantu 'saya.' Urut-urutan waktunya harus diperhatikan dengan cermat jika naratornya si hantu. Kedua, si teman pergi jauh. Ketiga, Ruben mengamuk dan membuat mereka terpisah selamanya setelah sore itu.

 

Tentu masih ada beberapa kemungkinan lain dan bisa diringkas saja dengan dan lain-lain.

 

*

 

Kita akan membahas karakter lebih rinci, sebab karakter bagian terpenting cerita. Kita tahu setiap cerita pada dasarnya adalah “Kisah perjalanan Karakter utama dari satu titik menuju titik lain, dengan Konflik dan Krisis yang menjadikan perjalanannya tak mudah, demi meraih tujuan tertentu yang membawa Perubahan bagi dirinya.”

 

Karakter, konflik, krisis, dan perubahan–itu empat elemen penyusun plot. Kita akan bahas pada kesempatan mendatang ketika nanti membahas plot.

 

Untuk sekarang, saat memikirkan karakter, anda bisa memikirkan detail dengan mengajukan pertanyaan:

 

Apa situasi yang membuat karakter saya sangat menderita?

Apa situasi paling memalukan yang membuat karakter anda merasa hina?

Apa yang paling membuat karakter anda marah?

Apa situasi yang paling membuatnya sedih?

Apa kejadian paling emosional yang dialaminya?

Apa yang paling menakutkan baginya?

Bagaimana ia bisa terbawa masuk ke dalam situasi itu?

Related Posts

Post a Comment

0 Comments