PERISTIWA pemicu (inciting incident) adalah satu peristiwa pertama yang menggerakkan cerita. Peristiwa inilah yang akan membawa karakter utama ke situasi yang berbeda dari situasi normal dia selama ini. Karena ia pemicu, biasanya ia terjadi di bagian-bagian awal. Materi kali ini akan menjelaskan cara menyusun peristiwa pemicu dalam cerpen yang ditulis oleh A.S. Laksana.
Untuk memudahkan, kita bisa merumuskannya dalam kalimat seperti ini:
Semuanya berjalan baik-baik saja, A menjalani kehidupan sehari-hari yang begitu-begitu saja, sampai suatu siang dia berjumpa dengan orang itu.
Perjumpaan dengan orang itu itulah yang kita sebut peristiwa pemicu. Peristiwa-peristiwa lanjutan terjadi sebagai konsekuensi dari perjumpaan dengan orang itu.
Alice menjalani kehidupan normal yang begitu-begitu saja sebagai bocah berusia tujuh tahun, sampai suatu hari dia melihat seekor kelinci putih, lalu dia mengikuti kelinci itu, terjatuh ke lubang kelinci, dan mengalami petualangan yang berbeda dari kehidupan sehari-harinya.
Pada hari itu Alice sedang duduk di tepi sungai dengan perasaan bosan, kakaknya ada di sampingnya sedang membaca buku. Di mata Alice, itu buku yang membosankan juga karena hanya berisi tulisan dan tidak ada gambar. Ketika sedang bosan itulah dia melihat seekor kelinci putih melintas. Binatang itu bicara, mengenakan pakaian, dan membaca arloji saku.
Gadis itu mengikutinya ke lubang kelinci dan terjauh ke sebuah ruangan yang aneh dengan banyak pintu terkunci. Dia menemukan kunci kecil untuk pintu yang terlalu kecil baginya, tetapi gadis itu masuk ke pintu tersebut dan melihat sebuah taman yang menarik. Kemudian dia menemukan di atas meja sebuah botol berlabel “MINUMLAH AKU," yang isinya menyebabkan dia menyusut sangat kecil dan tidak mungkin menjangkau kunci yang ditaruhnya di atas meja. Dan seterusnya.
*
Semuanya berjalan normal-normal saja sampai suatu hari dia bertemu gadis itu dan mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertemuan itulah yang menjadi peristiwa pemicu yang menggerakkan cerita Romeo dan Juliet.
Semuanya baik-baik saja sampai Anna berpapasan dengan lelaki itu di stasiun dan bertemu lagi dengannya pada sebuah pesta di rumah saudaranya. Leo Tolstoy menggunakan dua pertemuan itu untuk menggerakkan cerita Anna Karenina.
Kita memerlukan insiden pemicu untuk memicu lahirnya sebuah cerita, seperti sopir memerlukan kunci kontak untuk menghidupkan mesin mobilnya.
*
Sekarang, mari kita pikirkan pola yang serupa.
Semua berjalan biasa-biasa saja sampai suatu saat seorang perempuan meneleponnya dan mengatakan dia hamil.
Semuanya baik-baik saja sampai dokter itu mengatakan bahwa umurnya tinggal beberapa bulan lagi.
Semuanya berjalan biasa-biasa saja sampai suatu hari polisi datang menangkapnya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari ibunya meminta dia pergi ke pasar.
Semuanya baik-baik saja sampai dia menemukan buku itu di perpustakaan.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia bertemu dengan fotografer itu.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia bertemu seorang lelaki yang mengaku pamannya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia pergi ke acara reuni dengan teman-teman sekolahnya.
Semuanya berjalan normal-normal saja sampai suatu hari dia menemukan sebuah botol.
Semuanya berjalan normal-normal saja sampai suatu hari dia melihat di pantai itu seorang perempuan berjalan-jalan dengan anjingnya.
Sepuluh hal di atas sebagian berasal dari kehidupan nyata sebagian dari fiksi. Saya ingin menyampaikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana juga dalam fiksi, kita sesungguhnya akrab dengan peristiwa pemicu. Untuk menjadi sial atau untuk menemukan nasib baik, orang bisa mengalami mungkin hanya satu peristiwa kecil.
“Tanpa pertemuan dengannya, tidak mungkin kehidupan saya akan menjadi seperti ini.”
“Jika saya tidak melakukan hal itu, tidak mungkin kehidupan saya akan begini.”
“Jika saya tidak meninggalkan rumah itu, kehidupan saya tidak akan seperti sekarang.”
Pengakuan-pengakuan seperti itu bisa kita dengar baik dari orang yang beruntung maupun dari orang yang sial.
*
Jika anda ingin mendapatkan ide cerita, anda pikirkan saja satu peristiwa kecil dan rumuskan dalam kalimat:
Semuanya berjalan normal-normal saja sampai suatu hari dia ….
Kita bisa mendapatkan banyak kejadian kecil tanpa perlu berpikir keras. Dalam waktu sepuluh menit mungkin anda bisa mendapatkan sepuluh atau bahkan seratus peristiwa kecil.
Semuanya berjalan baik-baik saja sampai suatu hari dia membaca sebuah wawancara dengan Romo Mangun.
Semuanya berjalan baik-baik saja sampai suatu hari ayahnya memiliki istri baru.
Semuanya berjalan baik-baik saja di istana itu sampai suatu hari seorang lelaki datang menyembuhkan putra raja.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia melihat seekor anjing mati di pekarangan rumahnya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari suaminya berselingkuh.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari ayahnya jatuh sakit.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia berubah menjadi serangga besar.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia jatuh cinta kepada permaisuri raja.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia jatuh cinta kepada istri temannya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia bertemu dengan seorang wartawan.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia merasa dadanya sesak.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia bertamu ke rumah temannya.
Semuanya berlangsung begitu-begitu saja sampai suatu hari dia mendapatkan kiriman boneka.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari kakaknya pergi meninggalkan rumah.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari terjadi gempa.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia berjumpa lagi dengan temannya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia membaca email dari orang yang tidak dikenalnya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia membaca catatan harian istrinya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari mereka membuatnya marah.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia melanggar peraturan sekolah.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia tidak menstruasi.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia melanggar pesan suaminya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia menemukan benjolan di pundak kirinya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari pacarnya meminta putus.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia melihat seorang perempuan datang ke kuburan suaminya.
Dua puluh lima peristiwa pemicu itu saya dapatkan dalam sekali duduk. Anda juga bisa mendapatkan dengan mudah peristiwa kecil, sebanyak mungkin, dengan formulasi kalimat “semuanya baik-baik saja sampai suatu hari…”
*
Cara itu akan membuat anda menemukan ide cerita, sebab cerita selamanya adalah penuturan tentang situasi seseorang (karakter) yang pada suatu saat berbelok ke arah yang berbeda dari situasi normal dia sehari-hari. Dengan kata lain, situasi dalam cerita adalah situasi istimewa, situasi yang berbeda dari situasi normal. Dan untuk melahirkan situasi berbeda itulah diperlukan peristiwa pemicu.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari sang raja meninggal.
Kita bisa mengembangkannya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan 5W1H.
Kapan dia mati?
Apa penyebab kematiannya?
Bagaimana putra raja tahu bahwa raja dibunuh?
Siapa yang memberi tahu dia?
Bagaimana cara dia memastikan kebenaran informasi tentang siapa pembunuh itu?
Di mana raja dibunuh?
Kenapa dia dibunuh?
Apa yang diinginkan oleh pembunuhnya?
Apa yang dilakukan oleh putra raja untuk mengetahui siapa pembunuh ayahnya?
Kapan dia punya kesempatan membalas dendam?
Kenapa dia tidak melakukannya?
Apa yang membuat dia ragu-ragu membalas dendam?
Jika saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, saya pasti menulis ulang Hamlet dalam versi saya.
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari istrinya mengatakan kita bercerai saja.
Kapan istrinya minta cerai?
Kenapa istrinya minta cerai?
Di mana istrinya menyampaikan ucapan itu?
Bagaimana mereka dulu bertemu?
Kenapa istrinya tidak lagi mencintainya?
Apakah ada orang lain yang menyebabkan perceraian itu?
Apa ingatan baik tentang rumah tangga mereka?
Apa ingatan buruk tentang rumah tangga mereka?
Apa yang ia lakukan setelah istrinya mengajukan permintaan itu?
Apa pekerjaannya?
Apa pekerjaan istrinya?
Di mana mereka dulu bertemu?
Apa saja yang dulu mendekatkan mereka?
Apa saja yang kemudian menjauhkan mereka?
Apa peristiwa menarik yang bisa diceritakan selama mereka berumah tangga?
Apa yang membuat mereka bertengkar?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu melahirkan cerita Dijual: Rumah Dua Lantai Beserta Seluruh Kenangan di Dalamnya.
*
FULLNAME, saya akan menyertakan cerpen tersebut dalam materi kali ini. Sekali lagi, bukan saking bagusnya cerpen itu, tetapi karena saya tahu persis proses penciptaannya. Seperti yang sudah saya sampaikan, ide cerpen itu muncul dari gambar di dalam benak ketika suatu hari saya mendengarkan berhari-hari lagu House for Sale. Di kepala saya muncul adegan-adegan yang dipicu oleh lirik lagu tersebut.
Jadi, proses terjadinya cerpen itu bisa kita tulis seperti ini:
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia mendengarkan lagu House for Sale.
Cerpen itu saya tulis sebagai satu percobaan untuk menggunakan point of view berganti-ganti, yaitu PoV suami dan PoV istri. Percobaan yang sama saya lakukan juga di beberapa cerpen lain.
Percobaan semacam itu saya lakukan karena terinspirasi oleh novel Juan Rulfo Pedro Paramo. Untuk fakta itu, kita bisa menuliskannya:
Semuanya baik-baik saja sampai suatu hari dia membaca novel sangat bagus berjudul Pedro Paramo.
Jika anda mau, anda bisa memperhatikan kalimat-kalimat transisi yang saya gunakan untuk memuluskan setiap pergantian point of view.
*
Anda bisa menambahkan satu kebiasaan kecil lagi untuk memikirkan dan menuliskan satu peristiwa pemicu setiap hari. Saya yakin itu tindakan yang bagus juga untuk anda jadikan kebiasaan.
Oya, saya tidak mewajibkan anda membaca cerpen yang saya lampirkan di bawah ini. Anda bebas membacanya atau tidak membacanya.
*
0 Comments